Revitalisasi Gagasan Sumpah Pemuda

Kamis, 28 Oktober 2021
 Revitalisasi Gagasan Sumpah Pemuda

KEMENTERIAN Pemuda dan Olahraga telah merilis tema Hari Sumpah Pemuda ke-93, yakni "Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh". Tema yang menggambarkan persatuan dalam keberagaman, sekaligus semangat kaum muda untuk bangkit dari tekanan pandemi COVID-19 yang meruntuhkan sektor perekonomian masyarakat. Bersatu, bangkit dan tumbuh, menjadi pengingat dominannya ketergantungan akan peranan dan kualiatas kaum muda terhadap nasib sebuah bangsa, bahkan dapat dikatakan maju mundurnya peradaban sebuah bangsa sangat bergantung dengan kapabilitas kaum muda.

Dalam sejarah Indonesia, kaum muda adalah subjek utama dalam pergantian dari generasi ke generasi berikutnya, sejak dari lahirnya Budi Utomo pada Mei 1908, yang terus bergerak hingga melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Dominasi kaum muda juga sangat terasa dalam catatan sejarah pergerakan kemerdekaan, pergantian kekuasan 1965, hingga munculnya Reformasi 1998, merupakan kontribusi nyata kaum muda dalam perkembangan demokrasi, sosial dan politik, sebagai wujud dari tanggung jawab dasar regenerasi sebuah bangsa.

Menurut United Development Programme (UNDP), pemuda didefinisikan secara sosiologis sebagai individu dengan rentang usia 15 dan 34. Hasil sensus penduduk 2020 jumlah penduduk berusia 8-23 mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen, dan usia 24-39 tahun sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen, atau lebih dari 50 % penduduk adalah kaum muda.

Dengan jumlah yang sangat besar, kaum muda adalah energi dan sumber daya yang seharusnya bergerak secara optimal dalam berbagai sektor seperti pemerintahan, budaya, keuangan, politik dan demokrasi, terlebih untuk segera keluar dari himpitan keterpurukan pandemic Covid 19.

Nation Character Building Pemuda
Peringatan Sumpah Pemuda yang ke-93 tahun di tengah tekanan pandemi sudah selayaknya melahirkan refleksi untuk merevitalisasi bangkitnya kesadaran kaum terdidik, untuk mendorong persatuan dan kekuatan bangsa agar merdeka dan lepas dari belenggu pandemi yang berkepanjangan, kesadaran untuk menyatukan berbagai gagasan menjadi satu perjuangan bersama membangkitkan perekonomian masyarakat. Seperti gagasan Sumpah Pemuda yang lahir dari kesadaran dan kegelisahan kaum terdidik saat menyaksikan tindakan sewenang-wenang dan penghisapan yang melahirkan kebodohan, kemiskinan dan kesengsaran akibat praktek kolonialisme.

Kegelisahan yang melahirkan keberanian sampai pada titik pemikiran perlunya kebangkitan jiwa dan pikiran untuk menentang berbagai praktek kolonialisme yang merendahkan kemanusiaan. Kegelisahan yang kemudian disalurkan menjadi energi dalam berbagai langkah pergorganisasian sebagai ruang pendidikan masyarakat, yang ditandai dengan lahirnya Organisasi Boedi Oetomo, Indische Partij dan Sarekat Dagang Islam ( SDI ), yang kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan dengan nama politik Sarekat Islam ( SI ).

Momentum kesadaran yang pada akhirnya melahirkan tonggak persatuan dari sekian ribu perbedaan dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, sebagai pondasi melahirkan kemerdekaan, kesadaran yang tidak bisa dilepaskan dari rasa senasib dan sepenanggungan yang memunculkan persaudaraan sebagai sebuah bangsa.

Setelah 93 tahun berlalu dan dalam tekanan pandemi Covid 19, kebutuhan kesadaran dan rasa senasib sepenanggungan yang menjadi pondasi Sumpah Pemuda, dan akhirnya menjadi nilai pembangunan jiwa bangsa atau yang sering disebut dengan nation character building, sudah selayaknya kembali menjadi pokok utama dalam diskursus kaum muda di dunia pendidikan, agama, dan kebudayaan.

Revolusi Industri 4.0 di era milenium serta kemajuan teknologi digital yang luar biasa pesatnya, seolah telah meninggalkan nation and chacrater building yang seharusnya menjadi inti dari pembangunan dari generasi ke generasi, pergeseran makna pembangunan yang lebih di definisikan dengan pembangunan infrastruktur, ekonomi, industri dan investasi modal.

Padahal, sejarah telah menjelaskan bahwa kekuatan sebuah bangsa sangat ditentukan dari bangunan karakter, terdidiknya sumber daya manusia, mumpuninya mentalitas dan etos kerja dalam mengelola sumber daya bangsa.

Selama menghadapi pandemi Covid 19, terlihat dengan jelas menurunnya kualitas semangat Sumpah Pemuda. Rasa senasib sepenanggungan yang melahirkan persaudaraan, digantikan dengan ambisi dan keserakahan, hingga penguatan sentimen suku, ras dan agama untuk menjadi yang terkuat, terbesar dan terutama.

Sentimen yang tumbuh subur bersama praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, hingga menggerogoti rasa keadilan dan kemanusiaan yang pernah menjadi pemantik kegelisahan kaum terdidik 93 tahun yang lalu.

Bahkan hasil riset Anti-Corruption Clearing House (ACCH) 2018 mengungkapkan 86 persen koruptor merupakan lulusan sarjana atau tingkatan di atasnya. Bahkan, banyak pemimpin muda justru menjadi bagian dari praktik korupsi yang mendarah daging.

Ketika pemandangan ini diteruskan dan berlarut, maka dapat dipastikan akan membuat banyak anak bangsa dan generasi muda tumbuh menjadi generasi yang kehilangan dan tidak mengenal jati dirinya. Kondisi yang cepat atau lambat akan menghilangkan bentuk dan ukuran kepribadian sebuah bangsa. Terlebih dengan adanya kebanggaan dengan perilaku yang sangat konsumtif, berbudaya dan watak bangsa lainnya, yang sangat mudah diakses di era kebebasan digital saat ini.

Kehilangan karakter dan kepribadian sebagai sebuah bangsa sangat terlihat dari rentannya kondisi sosial politik Indonesia belakangan ini, sering sekali bermunculan permasalahan kesukuan, agama dan ras yang mengarah kepada perpecahan, masalah yang selalu berulang dan pada akhirnya akan melahirkan gugatan terhadap persatuan.

Berbagai peristiwa sosial politik, seolah menegaskan maraknya pertengkaran suku, ras dan agama, pertikaian politik tanpa kemanusiaan, dan simbolisasi tanpa pemaknaan. Secara sadar atau tidak, semakin banyak yang mengingkari kemajemukan, mengadopsi budaya asing hingga memimpikan pergantian bentuk negara.

Revitalisasi Gagasan Sumpah Pemuda
Dalam peringatan 93 tahun Sumpah Pemuda di masa pandemi Covid 19 ini, mungkin menjadi momentum untuk merevitalisasi pembangunan karakter bangsa. Pandemi yang melahirkan berbagai kesulitan dan keterpurukan dalam kehidupan sosial serta ekonomi, seharusnya menjadi pengingat bahwa kesolidan persatuan dan persaudaran antar suku, ras dan agama adalah pondasi bangsa dalam menghadapi segala peristiwa.

Masa pandemi seperti menjelaskan bagaimana berbagai kelemahan bangsa dan negara, dari sistem data bantuan sosial yang kacau, kedisiplinan dan integritas yang sangat rendah, kesimpang siuran peraturan, melebarnya kesejangan ekonomi, dan ketidak mandirian bangsa, sudah sangat membutuhkan kekuatan kaum muda untuk bangkit bertumbuh menjadi kekuatan inti perubahan.

Kaum muda harus merevitalisasi kembali kehilangan rancang-bangun kehidupan berbangsa dan bernegara, mengambil peranan sebagai pelopor yang berindak dan berbuat untu kemanusiaan dan kemerdekaan.

Kepeloporan yang dimulai dari pemaknaan semangat persaudaran dan kebangsaan, menomorsatukan moralitas, integritas, kejujuran dan konsistensi, sebagai kemewahan yang seharusnya dimiliki kaum muda.

Moralitas, integritas dan kejujuran yang merupakan wujud dari nation and chracter building yang lahir dari pendidikan, agama dan kebudayaan sebagai wajah para kaum muda untuk bersatu, bangkit dan tumbuh dalam melawan praktik korupsi yang mendarah daging dan memperlambat gerak bangsa untuk lepas dari tekanan pandemi Covid-19.

Sumber:


Lainnya

Jumat, 02 Mei 2025

BERDASARKAN rilis pemerintah, Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sekitar 5.03 % sepanjang 2024, dan nilai ekspor-impo

Kamis, 06 Februari 2025

Penulis Direktur Eksekutif SMIPIDATO Presiden Prabowo Subianto di Jakarta pada 30 Januari 2025 dalam acara Rapim TNI-Pol

Senin, 23 Desember 2024

Penulis Direktur Eksekutif SMIPERNYATAAN pemerintah melalui Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Hukum, HAM

Selasa, 26 November 2024

Lembaga Non profit Perkumpulan Suluh Muda Inspirasi (SMI), mengatakan praktik politik uang yang dibiarkan secara terus m

Sabtu, 02 November 2024

Penulis Direktur Eksekutif SMIMOMENTUM pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah ( Pilkada ) Serentak 2024 sudah mulai me